Waktu :
30 November 2016
Tempat :
Erasmus Huis, Jakarta
Magdalena Sitorus Mengajak Perempuan Bersuara Melalui Tulisan
Jakarta, 30 November 2016, NOMagz.com
Magdalena Sitorus (Komisioner Komnas Perempuan) bersama Penerbit Jalasutra meluncurkan lima seri Buku Catatan Harian Magdalena Sitorus (2011-2015) Dinarapkan Buku Catatan Harian ini bisa menginspirasi setiap perempuan untuk bisa mulai menulis tentang cerita kesehariannya.
Lima seri Buku Catatan Harian Magdalena Sitorus ini menjadi contoh bagaimana perempuan begitu bebas mengeluarkan pendapat tentang apa saja hal-hal yang dialaminya sehari-hari. Mulai dari soal rasa kehilangan atas kepergian suami tercinta, persoalan keluarga, adat, gereja, dunia aktivisme hingga persoalan relasi dengan tetangga, dan persoalan-persoalan bangsa ini.
Beberapa buku Magdalena Storus sebelumnya seperti Semua Ada Waktunya (2012), Daun Putri Malu (2013). Sepatu Emas Buat Inang (2014), dan Kain Cinta Tanpa Batas (2015) juga ditulis berdasarkan cerita catatan harian.
Sejak Asmara meninggal, saya mengubah catatan harian saya menjadi surat yang saya tujukan kepadanya. Itu cara saya tetap berkomunikasi dan merasa dekat dengan Asmara kata Magdalena di Erasmus Huis, Jakarta.
Semua yang ditulisnya merupakan apa yang dia alami seharihari mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali. Banyak dalam tulisannya, Magdalena juga menceritakan kisah orang lain yang menurutnya penting untuk ditulis.
"Saya suka sekali mengamati orang, apalagi jika orang tersebut memiliki pergumulan hidup yang kalau ditulis dan dibaca orang bisa mengayakan kemanusiaan kita.", kata Magdalena.
Menulis cerita sehari-hari bagi perempuan menjadi salah satu cara untuk pemberdayaan diri. Cerita tersebut tidak hanya sebagai dokumentasi tapi juga membuat perempuan mengenali apa yang terjadi pada diri dan lingkungannya.
"
"Selama ini ketika perempuan mengalami sebuah kejadian, seringkali diceritakan sebagai rumpian sesama perempuan, ada juga yang dipendam saja, ada juga yang bisa curhat menangis dan ada juga melampiaskan emosi melalui cara-cara destruktif. Dengan cara menulis apa yang dialami perempuan, baik pengalaman menyenangkan maupun pengalaman yang tidak menyenangkan seperti kekerasan," kata Nur Imroatus (im), Manajer Penerbit Jalasutra.
Perempuan menjadi saksi mata dan mengalami langsung berbagai peristiwa ketidakadilan yang terjadi di sekitar mereka. Melalui tulisan yang sederhana dan dekat dengan perempuan seperti catatan harian, diharapkan bisa menjadi bagian dari wacana publik. "Siapa tahu, nantinya akan berkembang lagi bentuk-bentuk penulisan yang appropriate dengan pengalaman perempuan," tambah Nur immoatus (lim).
Acara ini diramaikan dengan diskusi bedah buku oleh Andreas Harsono dan Andy Yentriani, penampilan dari pianis Ananda Sukarlan, dan pembacaan tulisan dari ibu-ibu.
Sekolah Perempuan, serta Adopsi Buku, yaitu pembelian buku yang akan diberikan kepada perempuan di komunitas. Seluruh penjualan Buku Catatan Harian Magdalena Sitorus akan disumbangkan kepada Pundi Perempuan sebagai wadah penggalangan dana publik untuk perempuan korban kekerasan.
Tidak hanya itu, Magdalena Sitorus bersama Penerbit Jalasutra juga menginisiasi kampanye #PerempuanMenulis. Harapannya terlahir penulis-penulis perempuan baru yang saat ini masih sangat sedikit jumlahnya. Kampanye online ini mengajak para perempuan untuk menuliskan 5 kata yang menggambarkan kisah hidupnya melalui foto atau quote yang bisamdiunggah di www.campaign.com/PerempuanMenulis maupun di media sosial dengan menggunakan tagar #PerempuanMenulis.
Kampanye ini didukung oleh beberapa elemen gerakan perempuan, diantaranya Komnas Perempuan, Kapal Perempuan, Jurnal Perempuan, AMAN Indonesia, Nasyiatul Aisyiah (NA), Pundi Perempuan, Indonesia untuk Kemanusiaan (KA), Campaign com, dan Ford Foundation.
Setelah launching Buku Catatan Harian ini, Magdalena Sitorus akan mewadahi kegiatan bagi komunitas pendukung PerempuanMenulis agar mereka bisa tetap berkarya melalui tulisan, salah satunya melalui seminar tentang menulis