Jumat, 2 September 2016
Tempat :
Kantor PARA Syndicate,
Jl Wijaya Timur 3 No. 2A Kebayoran Baru Jakarta Selatan
Rancangan Undang-Undang (RUU) Pertembakauan masuk dalam agenda Proyek Legislasi Nasional (Prolegnas) 2016, dibayangi pro dan kontra. Di satu sisi ada yang menghendaki pengurangan produksi dan konsumsi rokok, dengan alasan kesehatan. Disisi lain ada yang melihat jutaan tenaga kerja yang menggantungkan hidupnya dari tembakau dan turunannya. Serta melihat tembakau sebagai sumber penting pendapatan negara disektor pajak/cukai antara 8 sampai 10 persen Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Adakah kemungkinan main mata antara parlemen dan para pihak yang terlibat perang kepentingan? Siapa paling diuntungkan dan siapa pula yang dibuntungkan? Lantas apa relevansinya dengan APBN kita?
Narasumber Utama:
Prof. Dr. Emil Salim (Guru Besar Emeritus FE UI/Dewan Penasehat Komnas Pengendalian Tembakau)
Panel Penanggap:
- Ferry Mursyidan Baldan (presiden Smoker Club Indonesia/Ketua DPP Partai NASDEM)
- Budidoyo (Ketua Umum Aliansi Masyarakat Tembakau Indonesia)
- Wisnu Brata (Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia)
- Ari Nurcahyo (Direktur Eksekutif PARA Syndicate)
Ulasan Redaksi :
Panel Penanggap:
Wisnu Brata
Gerakan kampanye anti tembakau mulai 1998 FCTC . PP 81 ada pembatasan kadar nikotin dan Tar. APTI melakukan perlawanan karena tidak ada produk tembakau lokal memenuhi syarat tersebut. Akhirnya impor rokok putih (80%). Dampaknya meningkatkan konsumsi rokok mild di Indonesia. 60% rokok mild impor. Isu kenaikan harga rokok NGO FKMUI; pembatasan produksi daun tembakau dan pembatasan produksi rokok. Petani saat ini sedang menghadapi panen di cuaca yang kurang menguntungkan.
Apa benar harga rokok Indonesia murah ? Kalau dikaitkan income per kapita harga rokok Indonesia mahal. Harga Indonesia 3x lipat harga di Australia. Dampaknya kepanikan petani, petani membiarkan tanaman tembakaunya tanpa terurus. Peran tembakau tidak sederhana. Di belakang bloomberg ada pabrik farmasi yang ingin obatnya laku. Indonesia merupakan pasar potensial.
Penanda tangan FCTC harus mengurangi tanaman tembakau dan memproduksi rokok rendah nikotin: serta mendirikan klinik berhenti merokok. Tembakau lebih unggul dari petani-petani lain. RP 57/ha. Kelapa sawit Rp 28 juta/ha.1,7 juta petani tembakau dengan penghasilan RP 14-30 Triliun. Penjualan rokok RP 267 Triliun. RP 113 Triliun cukainya. RUU pertembakauan sedang dibahas di DPR.
Jokowi mengatakan tidak akan mengaksesi FCTC dan akan melindungi petani tembakau. Produksi rokok 340 Miliar batang dan 345 ton bahan baku tembakau. Petani kita hanya mampu memproduksi 245 ton saja. Kebenaran adalah korban pertama dari isu kenaikan harga rokok.
Budidoyo
Industri rokok kontroversial karena seksi. Ada petani ada pendapatkan negara; dilain pihak mengganggu kesehatan. Lumrah yang mengkaji rokok itu anti rokok karena bukan perokok; dan subyektif. Bicara tembakau yang harus bicara habis-habisan adalah pemerintah; karena penghasilan dari rokok diterima tembakau. Perlu kajian untuk menurunkan konsumsi rokok. Harus melibatkan banyak pihak untuk membahasnya, termasuk psikolog dan psikiater. Perokok itu elastis, kalau harga rokok naik akan menurunkan konsumsi ke rokok yang lebih murah. Stigma bahwa perokok tidak normal. Soal habit/kebiasaan sulit dihilangkan. Menekankan kepada pemerintah. Tapi pemerintah ambigu, cukai dinaikkan. Karena pemerintah tidak bicara isu rokok jadi isu liar kemana-mana. Kewajiban pemerintah memberikan rasa aman dan tenang kepada masyarakat. RUU Pertembakauan belum tahu arahnya ke mana ? Apa ada perlindungan untuk petani ? Menkeu dan Direktorat Jendral Bea dan Cukai sudah memberi sanggahan soal kenaikan harga rokok dan cukai. Adalah gegabah menaikkan harga rokok dengan kenaikan sangat tinggi. Industri tembakau ini berantai dari hulu dan ke hilir. Harapannya adalah kesejahteraan petani. Karena posisi petani sangat lemah.
Ferry Mursyidan Baldan
Sangat berkepentingan mewakili perokok. Anggota bersifat cair di organisasinya dari semua kalangan. Telah membaca buku "Hikayat Kretek karya Amin budiman". Apakah pemerintah siap mendapatkan pengganti penerimaan dari cukai rokok ? Apakah kebijakan ini tidak akan menghilangkan budaya merokok ? Tembakau Deli membanggakan Indonesia karena diekspor ke Bremen-Jerman.
Empat sumber minyak nabati, yang terbaik minyak sawit. Jangan sampai tanaman sawit juga dibatasi. Harmoni and healthy. Jangan isu rokok menimbulkan konflik. Dalam konteks anggaran ada yang berlaku tidak fair atas cukai rokok. Harusnya ditulis di label berapa cukai yang telah dibayar oleh perokok ? Jangan hanya mencantumkan banderol harga rokok di label bungkus rokok. Menyumbang banyak disalahkan dan didiskriminasi; dan tidak berani melarang industri rokok di Indonesia. Ini soal daya jangkau/beli. Ada fairness dalam label rokok dengan menyebut berapa rupiah cukainya ? Ada social value dalam budaya merokok. Rokok yang asli saja dianggap berbahaya apalagi yang palsu. Regulasi itu mengatur bukan memberangus. Kalau tembakau dianggap bahaya, tanaman tebu juga harus dilarang karena berpotensi menimbulkan diabetes. Yang merusak kesehatan adalah lifestyle bukan rokok.
Slide foto - foto selama acara |
NOMagz.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar