Sabtu, 3 September 2016
Tempat :
Merak Room, Jakarta Convention Center (JCC),
Jl. Gatot Subroto, Jakarta.
Penyelenggara :
Yayasan Suluh Nuswantara Bakti (YSNB) yang dibina oleh Bapak Pontjo Sutowo
Diskusi Panel Serial “Membangun Budaya Bangsa dan Nilai Keindonesiaan Demi Masa Depan Bangsa”, dari bulan Agustus 2015 s/d Desember 2016.
Pembicara:
- Dr. Willy Toisuta
- Prof. Dr. Komaruddin Hidayat
- Prof. Dr. Arief Rachman
Moderator :
Dr. Bambang Pharma
ULASAN REDAKSI :
Dr. Willy Toisuta
"Nilai-Nilai Keindonesiaan"
Apakah kapasitas sistem yang ada mampu menyiapkan generasi muda kita di masa mendatang ? Selama ini terlalu supply driven dan krg memperhatikan demand driven. Karena pada akhirnya anak didik sendirilah yang menghadapi jamannya.
- Perspective of Quality in knowledge
- Based-Economy. Penetrasi market ideology; termasuk market and knowledge driven. Implikasi membuat kita pada pemikiran apa sasaran utama pendidikan. Human capital formation.
Ada 2 aspek, yaitu yang terlalu dihubungkan aspek teknikal (soal praktis penerapan), aspek persepsi kualitas mahasiswa, value for money (apa rate of return).
Apa yang diinginkan mahasiswa setelah lulus ? Jawabnya quality of life. Bukan hanya itu, karena ekonomi berbasis pengetahuan dua-duanya tidak terpisahkan. Kepentingan industrial dan ekonomi bertemu. Perguruan Tinggi dan industri harus berbicara bersama agar punya social value dan benefit. Jadi kualitas dipertaruhkan saat proses pendidikan mampu menghaslkan produk berkualitas.
Konsep human capital, sikap positif, inovatif. Kecocokan dengan dunia kerja. Guru kesulitan menjadi role model bagi anak didiknya. Meski banyak lulusan S1 sudah mengikuti P4 tapi tetap banyak durjana muncul. Persoalan berpikir kritis dan kreatif, berkomunikasi secara efektif dan kolaboratif. Daya saing bangsa diutamakan. Pengembangan kapasitas belajar untuk bisa mengaktualisasikan kemampuan kraetivitas dan imajinasi.
Kurikulum berbasis imajinasi yang anticipated bukan sekedar berbasis kompetensi. Etika menjadi imperatif. Kesulitannya 60% mahasiswa baru disebut non category academic student dengan level kognitif yang rendah. Artinya pasif belajar dan sangat tergantung pada dosen. Membutuhkan pendekatan baru, misal tes dignostik. Kita butuh skenario untuk membentuk nilai kemandirian.
Keadaan pendidikan kita dalam kondisi "gawat darurat". Guru-guru kita dilatih untuk menguasai konten ilmu bukan mendidik. Guru lebih obedience sebagai pegawai negeri. Kemandirian, gotong royong. Nilai keindonesiaan dalam pendidikan.
Prof. Dr. Arief Rachman
Definisi pendidikan, adalah usaha, bukan hasil. Secara sadar dan terencana. Sukses pendidikan adalah, bertakwa berkepribadian matang, berilmu mutakhir dan berprestasi, mempunyai rasa kebangsaan, berwawasan global. SMP Penabur, SMP 15, PSKD adalah sekolah terbaik di Jakarta. Unggul adalah yang nilai lulusannya baik. Nilai kualitatif dalam pendidikan kita kurang menjadi ukuran sukses. Upacara bendera sekedar seremonial tidak ada pemaknaan bernilai. Jadi global citizenship. Secara struktural pendidikan kewarganegaraan tidak ada. Lebih memperhatikan matematika, biologi dan kimia serta fisika.
Tujuan pendidikan kewarganegaraan yaitu menjadikan peserta menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Sasarannya civic knowledge, civic confidence (smart & good citizenship), Civic skill, civic competence, civic committment, civic dispositions. Saya bangga sebagai bangsa Indonesia. Maju kalau Pancasilanya maju. Indonesia pers bebas di Singapura tidak. Tapi kita sering membanggakan Singapura saat berkunjung ke sana. Jalur Pendidikan dalam pembentukan jiwa keindonesiaan, informal (kel), formal (sekolah), non-formal (masyarakat). Sukses bersekolah adalah adanya kebahagiaan di sekolah, bukan soal mengerti atau tidak. Tidak ada hubungan hati/batin antar guru dengan murid.
Mengajar adalah panggilan hati dan dedikasi. Pendidikan inklusif tanpa diskriminasi. Semua teori dikomersilkan, Pembinaan anak dalam keluarga, pola asuh yang demokratis, perilaku dan pola berpikir positif, jiwa yang kuat (stabil), menghasilkan watak anak siap untuk masa depan, menjalankan peran suami dan istri yang kokoh, kom positif, mengenalkan budaya/nilai-nilai lokal, nasional, dan global.Kebhinekaan harus dijaga dgn baik. Ada banyak suku agar kita saling mengenal. Yang terpenting menurut UNESCO adalah membentuk jati diri keindonesiaan.
Pilar pendidikan menurut UNESCO :
- belajar untuk membangun jati diri (to be);
- belajar untuk tahu (to know);
Ragam potensi kecerdasan anak. Kecenderungan sikap.Pendidikan karakter adalah kepatutan. Sifat negatif antara lain, Cari kesalahan, mencari-cari, adu domba, berpikir buruk, sombong, untungnya apa buat saya. Kebajikan intelektual adalah rendah hati. Tantangan kita hadapi dengan optimis. Jangan kita selalu menyalahkan pemerintah; lebih baik kita memberdayakan diri kita sendiri. Pendidikan harus dinamis dan berkarakter.
Ujian nasional untuk pemetaan bukan untuk menetukan kelulusan. Pendidikan harus menyelamatkan kita di dunia tapi juga menyelamatkan kita masuk ke surga. Guru adalah pembakar rasa ingin tahu anak didiknya. Siswa belajar dari pribadi guru buka dari materi yang diajarkan.Guru adalah pemberi inspirasi.
Prof. Dr. Komaruddin Hidayat
Krisis identitas ? The power of Identity. Semakin mengglobal seseorang semakin melokal. Jumlah negara bertambah. Yang global ditarik ke nasional, Haus kebanggaan Indonesia. Sosok keindonesiaan semakin serius. Indonesia lahir sebagai negara dulu baru bangsanya. Imagination in the future. Nilai keindonesiaan perlu dirumuskan. Akar tunggang Indonesia adalah Pancasila. Nasionalisme Indonesia modern, dan plurastik. Muara Pancasila adalah keadilan sosial.
Berketuhanan yang menjunjung tinggi kemanusiaan. Pelajaran agama perlu dirombak. Persatuan Indonesia didukung adanya kemajemukan manusia yang berketuhanan. Kemajemukan yang progresif dan inovatif. Distributif ke wilayah lain. Terlalu Jawa sentris. Kerakyatan dengan hikmat kebijaksanaan (ada wisdom). Bagaimana akan adil kalau masih ada krisis kemanusiaan. Pancasila sebagai ideologi sudah selesai. Pancasila sebagai guidance dan living value belum selesai. Sekedar hapalan di sekolah. Dari tataran ideologi diturunkan ke substantif. Indonesia milik siapa. Indonesia sejak dulu jadi contested area.
Sebuah bangsa tidak akan maju kalau tidak punya mitos dan mimpi besar. Jepang mengaku sebagai anak matahari. Jepang mengalahkan USA dengan industri otomotifnya. Korsel bermimpi mengalahkan bekas penjajahnya Jepang. Indonesia negara besar yang didirikan oleh orang besar seperti Sukarno, Hatta, Sjahrir. Jangan sampai Indonesia dipimpin oleh pemimpin dengan agenda-agenda kecil.
Lewat pendidikanlah jalannya. Identitas yang substantif vs formal. Nasionalisme Indonesia ditumbuhkan oleh penjajah. Adalah keajaiban negara Indonesia tetap utuh sampai sekarang. Tidak seperti bangsa Arab di Timur Tengah yang menjadi banyak negara. Pancasila itu inklusif dan futuristik. Rumus pendidikan, guru yang berhenti belajar dia harus berhenti mengajar. Guru ibarat pemahat yang akan menghasilkan pahatan berupa murid yang baik. Saat di pesantren ia dilatih membaca lingkungan, kemudian menuliskannya dan mempresentasikannya. Seorang pendidik harus mampu mendorong anak didiknya memiliki mimpinya sendiri.
Ujian adalah bagian dari belajar. Islam adalah totalitas kehidupan yang baik. Cara menyampaikan pendidikan adalah salah satu kunci keberhasilan. Guru harus kreatif. Hidup manusia ibarat air sungai yang harus mengalir untuk memberi kehidupan. Kalau tidak mengalir artinya membeku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar