Sabtu 23 Jul 2016
Tempat :
Plaza Semanggi. Main Atrium lantai UG
Diawali dengan Stand-Up Comedy oleh @benidictivityCIPG
Narasumber :
- Ignasius Haryanto (Akademisi dan Peneliti Media)
- Leila Chudori (Penulis, Wartawan Kreator Dunia Tanpa Koma)
- Maman Suherman (Praktisi Media)
- Ade Armando (Anggota Koalisi Nasional Reformasi Penyiaran)
Ulasan Redaksi :
Sambutan :
Bernadus (CIPG)
Apa saja isi siaran TV di Indonesia ? Hari ini adalah Hari Anak Nasional, Apakah isi siaran TV sudah sesuai untuk anak Indonesia ?
Ade Armando
Kondisi dunia penyiaran di Indonesia. Yang dominan di Indonesia TV swasta. Yang tumbuh sangat cepat. Sehingga kompetisi TV swasta ketat dan saling bertarung memperebutkan penonton. Yang tujuan akhirnya pemasangan iklan. Apapun dibuat untuk menarik penonton. Tayangan populer Anak Jalanan, Manusia Harimau, Tukang Bubur Naik Haji. Dulu saat hanya ada 5 TV swata serial "Si Doel Anak Sekolahan" yang paling populer.Kini shooting pagi hari langsung tayang di malam hari. Luar biasa kerja awak TV. Maka kini banyak acara.
Masyarakat sipil tidak boleh diminta bertanggung jawab; tapi regulatornya yang bertanggung jawab. Dalam hal ini adalah KPI dan Kemenkoinfo. Pura-pura dihipnotis kemudian disuruh ngomong adalah seharusnya dilarang tayang. Jangan berharap masyarakat dan industri mengatur dirinya sendiri. Children TV Act diundangkan di USA. Yang misalnya menghasilkan "Sesame Street" negara mengatur dan campur tangan. Upin dan Ipin didanai pemerintah Malaysia. Investigatif di TV mayoritas direkayasa dan bohong. Misal air kemasan palsu. Gaji anggota KPI RP 20 jutaan/bulan. Minta KPI benar bekerja profesional dan bekerja dengan benar. Regulasi ada tapi tidak jalan, karena regulatornya tidak berfungsi. Minta acara TV "sampah" dibuang. Ada Pemilik/direktur TV justru melarang anak kandungnya menonton TV Indonesia; tapi nonton tayangan luar negeri bermanfaat misal National Geographic.
Agenda penting, advokasi ? Salah satu terpenting adalah pembaharuan/perombakan UU Penyiaran lama. Mengawal UU yang sudah ada dijalankan dengan benar oleh KPI. Lembaga regulator dipaksa bekerja dengan baik. Perlakuan terhadap artis anak yang shooting malam hari harus dilarang. Ada artis anak meski sakit tipus tetap diminta shooting dan disetujui orang tua yang mengantarnya shooting.
Maman Suherman
Suka duka industri penyiaran. Setiap Rabu di rating mau lanjut atau tidak.Ada artis dikontrak sebulan tapi diputus saat baru berjalan 10 hari, karena ratingnya jeblok.Siapa tokoh idola anak sekolah ? Pemasang iklan RP 130 Tiliun 2015; 55% TV. Pemasang iklan terbanyak adala parpol. Kemenkes menggugat KPI karena banyaknya acara pengobatan tanpa ijin di TV yang disertai testimoni.
Fungsi KPI yang benar adalah bukan sebagai mediator tapi sebagai regulator. Upaya menanggapi keresahan dunia penyiaran. Mudah-mudahan produk Leila bukan Public Relation TV swasta. Begitu selesai shooting selesai dalam 3 jam kemudian langsung tayang; mana ada sensor. Novelnya yang difilmkan 8 menit per episode oleh TV luar negeri. Di Indonesia satu acara bisa tayang selama 8 jam tanpa henti. Suatu acara bisa dipindah ke TV lain karena ratingnya rendah di grup TV yang sama. Pemilik yang partisan menyebabkan tayangan untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya.69,9% isi siaran TV bersifat Jawa sentris.
Radio dan TV diperjual belikan menjelang Pilkada. Camera candid kok fokus terus di satu titik ? Tuhan dan Kabah mereka adalah rating. Ada adegan dimana pemainnya sudah meninggal bisa tiba-tiba hidup lagi. Belum ada kepastian Infotainment ini termasuk pemberitaan atau entertaiment ? Di Indonesia belum jelas. Kalau pemberitaan/info harus ada redaksinya.
Leila Chudori
Rating ibarat raja didunia pertelevisian. Di negara barat ada pemerataan. Rating dipasang dengan alat, ada empat kelas A, B, C, D. Di Indonesia ditaruh di Rumah Tangga mana ? Yang tinggi kelas B dan C (sinetron). AC Nielson pemberi rating.Sinetron diukur setiap jam, misal naiknya saat adegan nangis, artis ini tampil naik atau turun. Tidak variatif. Di Luar Negeri merata di semua level Rumah Tangga dan terbuka.
Kenapa tergantung rating? Karena iklan. Serial yang bagus bisa langsung menawarkan kontrak iklan; tanpa peduli rating. Masalahnya berbiaya tinggi dan serius dan lama shootingnya. Ada hal yang tidak jelas dalam peratingan. Tantangan berat "Dunia Tanpa Koma"? Dian Sastro mau diajak main, sehingga pemain watak lainnya seperti Slamet Rahardjo mau bergabung. Iklan juga sudah mengantri. Membuat sesuatu yang berbeda. Misalnya dalam rangka peringatan Hari Kemerdekaan; Hari Kartini. Hasilnya bukan sekedar memuaskan batin, juga segi komersilnya. Karena ini serius. Sebulan sebelum tayang mengundang calon pemasang iklan.Kelemahannya kebanyakan iklan. Ongkos produksinya mahal sekali. Yang mampu membayar RCTI. Harapan dan tantangan yang dihadapi. Sudah lama tidak menonton televisi nasional. Kecuali stop press. Agak pesimistik. Yang ditontonnya CNN, ASN, SBO .
Ada beberapa TV baru yang tayangannya bagus. Misal Kompas TV dan Net TV. Persoalannya adalah pemasukan. Sehat tidak selalu religius, tapi bagus. Stasiun TV kita penakut. Pemilik TV besar adalah konglomerat. Fox TV meski cenderung pro Partai republic dibatasi UU. Maksimum shooting hanya 4 jam/hari untuk artis anak di USA. Batasan usia anak di Indonesia ada dibawah 18 tahun dan/atau 16 tahun. Kalau di USA dibawah umur 21 tahun masih dianggap anak.
Ignasius Haryanto
Penyiaran yang ideal yang bagaimana? Ada empat lembaga penyiaran, swasta, pemerintah, berlangganan, komunitas. Lembaga penyiaran komunitas tidak boleh diabaikan. Di Jogjakarta ada radio berjaringan dalam mengatasi bencana lebih yang dipercaya dibanding lembaga penyiaran lainnya. Bagaimana keragaman Indonesia dicerminkan dalam lembaga penyiaran pemerintah ? Idealnya empat lembaga penyiaran diberi porsi yang sama.
Kini anak muda tidak membaca media cetak, Karena munculnya media digital. Upaya bisa dari beberapa sisi. Penyelenggaranya. Seorang penyiar radio komunitas di Cicalengka-Jabar, meski punya TV jarang ditonton, karena tayangannya berbau asing. Isinya Jakarta sentris. Saat Jakarta tergenang air hujan semua TV menanyangkannya; apa kepentingannya untuk daerah lain? Indonesia bukan hanya Jakarta. AC Nielson hanya merating 11 kota di Jawa. Kalau ada orang luar Jawa tayang di TV Jakarta dianggap "aneh". Dari 9 anggota KPI terpilih hanya 3 orang yang benar-benar tahu dunia penyiaran. Kita membutuhkan lembaga KPI yang independen. Kewenangan KPI banyak yang dipreteli.
Beberapa TV baru menayangkan kreativitas (misal OK Jack bermutu). Bisa menghasilkan acara bermutu yang mencerminkan masalah kita. Akhirnya iklanpun datang. Digitalisasi penyiaran memungkinkan kanal yang lebih banyak (4x). Bagaimana kontennya ? Jurnalis warga diberi ruang tidak ? Soal kreativitas ? Pilihan tayangan berbayar tanpa iklan juga tantangan. Cara membagi dan siapa yang membagi acara TV ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar