12 Maret 2016
Tempat :
Gedung Yustinus Lantai 15. Kampus Atma Jaya
Ulasan Redaksi :
Sambutan :
Dr HANDRAWAN NADESUL
Sastra membuat kita lebih bahagia. Contohnya Taufik Ismail yang senior namun nampak muda usia dan segar bugar, dan masih aktif bersastra. Sastra di belahan otak kanan. Orang menjadi bijak karena otak kanan.Penyair itu pujangga, penasehat raja.Dulu tidak berpikir apakah bersyair itu akan bermanfaat.Hanya satu dua dosennya yang memahami dirinya sebagai pembuat puisi pada saat jadi mahasiswa.Untuk teman lamanya, Sriyanto Bambang Salamun, membuat syair "Menepi".Jangan didik anak jadi orang kaya tapi didik anak jadi orang bahagia.Sastra membahagiakan.Sastra harus masuk kemana-mana.
Revolusi mental harus dimulai dari sastra.Tidak semua orang suka puisi. Penggemarnya pebagai kalangan. Ada dokter, sastrawan, teman, dan sebagainya.Dr Handrawan Nadesul tidak sempat mengambil spesialis. Oleh harian Kompas dijuluki Spesialis Jurusan Umum.Dr Grace Ciela (CSR PT Unilever)Ketemu dr Handrawan 2012. Dan meneruskan program "Dokter Kecil" yang dirintis dr Handrawan Nadesul.
Sambutan :
DR. Dr. Soegianto Ali, M. Med. Sc. (Dekan FK Unika Atma Jaya)
Masyarakat semakin sadar akan kesehatan, dan menuntut dokter mengikuti perkembangan ilmu kedokteran.Bangga atas adanya alumnus FK Unika Atma Jaya yang menulis sastra.
Sambutan :
Juliana Murniati (mewakili Rektor Unika Atma Jaya)
Sastra bukan sains, ada dikotomi dengan dunia kedokteran.Itulah sebabnya jumlah sastrawan di Indonesia sedikit.Cerdas otak dan cerdas hatinya.Membanggakan Dr. Handrawan Maman S. Mahayana (FIB UI)Kembali ke jalan yang benar setelah "tersesat" berkali-kali.Puisi Dr Handrawan Nadesul luar biasa.Membacakan puisi berjudul "Bermain Dengan Tuhan"Mengupas buku Dr. Handrawan khususnya cinta antar manusia dan cinta Tuhan ke manusia.
Sambutan dan pembacaan puisi :
Taufik Ismail
Lembut; manis; romantik; indah, puisi yang ditulis Dr Handrawan Nadesul . Melingkupi hubungan antar manusia, alam dan penghuninya dan Tuhan sang pencipta.Penulis rubrik kesehatan. 1500 tulisan 89 buku.1975 ada workshop Sapardi dan dirinya, yang diundang penyair2 muda termasuk Handrawan Nadesul.Aneh dokter kok menulis puisi, aneh Ir pertanian kok menulis puisi. Keanehan ini disebut anomali. Itu terjadi di Indonesia. Kalau di luar negeri tidak aneh.Di AMS(SMA jaman Belanda) murid wajib membaca 25 buku sastra(novel, ceritra pendek, esei). Dalam bahasa Melayu, Belanda, Jerman. Yang menghasilkan cendekiawan seperti Soekarno, Hatta, Tan Malaka.Murid membuat satu tulisan per hari.
Sudah 70 tahun sejak Indonesia merdeka murid SMA tidak diwajibkan membaca buku karya sastra lagi.Sudah 19 tahun mendorong pengajaran sastra di sekolah. Murid dilatih membuat tulisan. Harapannya ada 10 lulusan Unika Atma Jaya yang juga sastrawan sekelas Handrawan.Di buku puisi Handrawan kita dapatkan keindahan kata-kata dan keindahan gambar sekaligus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar