Diskusi
"APA KAMPUNG, APA KOTA"
Bagian dari Seminar, pameran, pertunjukan bertema "Anak Kampung Anak Kota"
Waktu :
18 Pebruari 2016
Tempat :
Bentara Budaya, Jakarta
Pembicara :
- Marco Kusumawijaya
- Sri Palupi
Moderator :
JJ Rizal
Ulasan Diskusi :
Marco Kusumawijaya
Bagaimana memikirkan kampung di masa depan ? Juga kampung di seluruh Indonesia.
1. Makin hilang kampungnya.
2. Kota makin cepat tumbuhnya.
Pembinaan kota seolah-olah teknokratis. Hantaman gelombang dari sosial media. Kelas menengah ngehe (fucking middle class). Tidak perlu terjebak definisi. Kampung di manapun letaknya selalu ada masalahnya. Kampung halaman adalah frase. Menerabas di desa tidak boleh dihalangi. Kampung adalah deretan desa dan halaman yang tanpa batas jelas. Kampung di jakarta bukan hanya orang Betawi lagi. Ada Kampung Betawi, Bugis, Arab. Kampung Nanas, Kampung Rambutan. Kampung juga harapan sebagai ruang perantara sebagai pintu masuk.
MH Thamrin migrasi fisik kampung dan kota. Batavia sudah metropolis. Pentingnya kampung sebagai ruang dalam di perkotaan. Kampung tempat berhuni merasa at home tidak terlalu menakutkan. Makin menghilangnya kampung makin banyak orang tertarik kampung. MH Thamrin orang organik. Sopan duduknya. Mengolah apa-apa yang diperoleh untuk mencerahkan masyarakatnya/komunitasnya. Rumah kecil-kecil, jalannya sempit. Kalau ada acara jalan ditutup untuk hajatan. Kampung juga ada di kota-kota lain. Arsitektur kampung. Ada sungai dan parit-parit (kampung). Kampung mempesona karena punya vitalitas untuk bertahan.
Di kampung ada khas Indonesia (neighbourhood). Kampung semacam resistensi terhadap modernitas. Kampung ada banyak otonom. Kampung tempat sembunyi (petak umpet). Kampung adalah ruang yang relatif intim. Sapaan wayang kampung sebelah terasa lebih akrab Pertempuran ide modernitas kampung versus kota. Kampung harus dipertahankan sebagai stok pemukiman dan kepemilikannya majemuk. Kampung harus memperbaiki diri untuk mempertahankan keberadaannnya. Superblock Kampung bukan milik korporasi. Redevelopment orang yang tinggal di kampung yang ikut memiliki saham perusahaan Kereta Api yang melewati kampungnya.
Masa depan harus kita rebut sehingga kampung dan kota bisa maju bersama. Dua-duanya bisa modern. Kota Jakarta makin kumuh. Misal Taman Suropati sering terlihat kotor. Sambil membangun juga memulihkan alam, karena keadaan sudah gawat.
Sri Palupi
Jakarta bukan kampung bukan kota. Ada fenomena pulang kampung. Warga tidak di Jakarta secara fisik; 60% penduduknya tinggal di kampung. Kebijakan Jakarta memusuhi kampung. Krisis solidaritas. Padahal solidaritas adalah jantungnya kota. Jakarta termasuk dalam 40 kota dengan pencakar langit terbanyak. Unsustainable Jakarta. Kriminalisasi kelompok miskin.
Jakarta: Kotak, bukan kota. Kota tapi bukan kota. Ada 173 mal. Definisi kampung merupakan kata benda, kerja, sifat. Kota adalah ruang sosial, ruang publik, ruang sakral. Ciri-ciri kota. Kerja kreatif dari warga. Warga berperan aktif membentuk hunian dan ruang publik/kota; sentralitas; kompleksitas.
Jakarta : Kotak, bukan kota. Hak atas kota: pendekatan untuk perubahan, perjalanan dari bawah. Hak atas kota. Partisipasi dan appropriasi.
1. Memungkinkan penduduk untuk mengakses secara bebas fasilitas
2. Transparansi, keadilan dan efisiensi.
3. Partisipasi dan pengambilan keputusan secara demokratis.
4. Pengakuan keberagaman.
5. Mengurangi kemiskinann eksklusi sosial dan kekerasan.
Bagaimana masyarakat Betawi ? Kini semakin tergusur dan tersingkir dari kota. Orang Betawi mengorganisir diri dan berkolaborasi dengan budaya pinggiran lainnya untuk memproduksi ruang dan mengklaim hak atas kota. Kreativitas dan kontinuitas menjadi kunci bagi keberhasilan dalam membangun 'people power' yang mampu memproduksi ruang, membentuk kota dan merayakan keberagaman. Contoh reproduksi ruang oleh Kampung Rawajati-Jakarta.
Slide Sri Palupi :
www.NOMagz.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar