Seminar Pendidikan Nasional
Pembelajaran Holistik, Inklusif,
dan Berkelanjutan
Memasuki "Renaissance Baru"
Waktu :
Kamis 4 Juni 2015 - 13:00-18:00
Tempat :
Sumba Room, Hotel Borobudur. Jln. Lapangan Banteng Selatan No. 1. Jakarta
Kata Sambutan :
Prof. Djoko Wintoro, Ph.D
Pembicara Kunci :
Dr. Daoed Joesoef
Sesi 1 :
Warisan dan Kondisi Awal
Pendidikan Indonesia
Pembicara :
- Prof. Komaruddin Hidayat
- Harry Tjan Silalahi, SH
Franky Supriyadi, Ph.D
Sesi 2 :
Pendidikan Bisnis dalam Konteks
"Renaissance Baru"
Pembicara :
- Djoko Wintoro, Ph.D
- Dr. Onno W. Purbo
- Prof. Dr. Djisman Simanjuntak
Prof. Andreas Budihardjo
Sesi 3 :
Peralihan ke Peradaban Padat
Pengetahuan Holistik
Pembicara :
- Dr. Karlina Supeli
- Prof. Sammy Kristamuljana, Ph.D
Moderator:
Dr. Eka Ardianto
ULASAN :
Dr. Daoed Joesoef sebagai pembicara kunci membahas perkembangan ilmu ekonomi (economica). Pada 1969 mulai ada pemenang hadiah nobel dibidang ilmu ekonomi.Ada pendapat bahwa ilmu ekonomi bukan lagi bagian dari sosiologi; tapi merupakan ilmu eksakta. Manusia disebut sebagai homo economicus yakni manusia adalah mahluk rasional dan mementingkan diri sendiri yang berkemampuan mempertimbangkan untuk mencapai tujuan akhirnya.Beliau juga berkata ada dua orang penerima hadiah nobel bidang ekonomi yang menentang pendapat homo economicus, yakni Gunnar Myrdal (1974) dan Amartya Kumar Sen (1998). Kedua ekonom tersebut berpendapat bahwa manusia adalah mahluk sosial.Ekonomi tidak sama dengan kesejahteraan atau kebahagiaan. Kita belajar ekonomi bukan untuk menjadi budaknya; tapi untuk memanfaatkannya.Istilah pembangunan ekonomi adalah tidak tepat; yang benar adalah istilah pembangunan nasional.Sekarang ini untuk memecahkan masalah hanya dapat diatasi secara multi-disiplin: sosiologi; ekonomi; demografi, dan sebagainya.
Prof. Komaruddin Hidayat menyampaikan makalah berjudul 'Spirituallisme Dalam Masyarakat Majemuk'. Beliau menyebut Indonesia sebagai 'Bumi Pancasila' yang terdiri atas budaya; bangsa; dan keragaman budaya. Kita dibentuk oleh budaya, bahasa dan nilai-nilai (value).Negara Indonesia merdeka (1945) sedang kebangsaannya dalam proses pembentukan (in the process of making Indonesia).Keunggulan Indonesia adalah kebudayaannya yang tinggi.
Harry Tjan Silalahi, SH., pada penyampaian makalah berjudul 'Politik Plural Desentral dan Demokratik' mengungkapkan dunia pendidikan kita kurang disentuh bahkan diabaikan. 20% anggaran pendidikan (APBN) salah penggunaannya, karena lebih banyak untuk membangun gedung.Ide Badan Hukum Pendidikan menafikan peran swasta dibidang pendidikan. Sebelum Indonesia merdeka sudah ada pendidikan swasta.Minat dan hasrat untuk memperbaiki pendidikan kurang/sedikit; character dan national building tidak mendapat perhatian yang cukup.Pluralisme di Indonesia adalah suatu keniscayaan.Kita tidak jelas dan tegas memahami sejarah. Padahal Mpu Tantular sudah menyebut istilah 'bhineka tunggal ika' yang mengharmonikan agama Hindu dan Budha
Slide foto-foto selama acara |
Slide Kesimpulan Seminar :
Beberapa Slides Narasumber :
www.NOMagz.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar