Rilis Survei Nasional LSI
“Survei Opini Publik Persepsi
Ketimpangan Pendapatan di Indonesia /
Inequality Perception Survey in
Indonesia"
Waktu:
Senin, 1 September 2014, 12.00 – 16.00
Tempat:
Hotel Pullman Jakarta, Jalan M.H. Thamrin No. 59, Jakarta Pusat, DKI Jakarta 10350
Narasumber
- Kuskridho Ambardi, Ph. D (Direktur Eksekutif, LSI)
- Prof. Firmanzah, Ph. D (Staf khusus Presiden bidang Ekonomi, FEUI)
- Prof. Dr. Aviliani (Ekonom, INDEF)
- Maruarar Sirait (Tim Transisi Jokowi-JK)
Beberapa temuan penting dalam survei opini publik dan persepsi masyarakat Indonesia terkait isu toleransi terhadadap ketimpangan pendapatan, peran pemerintah dalam menanggulangi kesenjangan pendapatan, dan persepsi atas keadaan ekonomi sekarang serta harapan akan keadaan ekonomi di masa mendatang akan dipresentasikan dalam acara ini.
Aviliani mengatakan bahwa pertumbuhan tenaga formal lebih lambat daripada pertumbuhan tenaga non formal. "Padahal di Indonesia masa depan seharusnya pertumbuhan tenaga formal lebih cepat daripada yang informal" lanjut Aviliani.
Sementara Firmanzah menjelaskan bahwa berbeda dengan Eropa yang mencari cara mendorong inflasi, di Indonesia justru mencari cara agar inflasi tidk terlalu tinggi. "Inflasi terlalu rendah sama bahayanya dengan inflasi terlalu tinggi," urai Firmanzah. " Kalau inflasi terlalu rendah, pembangunan tidak terjadi. Dan bila inflasi terlalu tinggi, harganya tidak terjangkau," jelasnya lagi.
Dalam hal kenaikan harga BBM, Maruarar Sirait yakin bahwa rakyat akan mengerti pentingnya kenaikan. Asalkan semua usaha sudah dilakukan secara maksimal. Baik itu pengawasan terhadap larinya BBM bersubsidi kepada yang tidak berhak, baik mobil pribadi maupun industri. Atau penyelundupan BBM di tengah laut. "Bila hal-hal itu sudah dilakukan maksimal, tapi defisit tetap terjadi, maka (kenaikan BBM) itu adalah opsi terakhir," ujar Maruarar lagi.
Slide foto-foto selama acara |
VIDEO ACARA :
http://www.youtube.com/watch?v=W0mepwdpHPY
www.NOMagz.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar