Peluncuran dan Diskusi Buku:
Aku dan Orang Sukuddei
Waktu:
Rabu 13 Ags 2014. 17:30 WIB.
Lokasi:
Erasmus Huis, Jakarta
Tarian Mentawai |
- Dr. Bambang Rudito, M.Si.;
- Prof. Reimar Schefold.
Bagi Bambang Rudito, Prof. Reimar Schefold menulis dengan sangat baik tentang buku ini tentang Mentawai.
"Budaya Mentawai menarik karena kedekatannya dengan alam. Mereka hanya mengenal budaya di hutan, kurang mengenal budaya laut" kata Bambang. "Karena itu mereka kesulitan ketika (daerah mereka) terkena tsunami, lanjutnya lagi.
Menurut Bambang, bagi budaya Mentawai, kura-kura adalah binatang yg cerdik. Ini berbeda dengan daerah lain yang menganggap kancil adalah binatang cerdik.
"Dahulu ada alat pengkap buaya di Mentawai, tapi karena sekarang buaya sudah tidak ada, maka alat itu hanya menjadi suvenir saja sekarang, terang Bambang lagi.
Menjawab pertanyaan, Bambang Rudito menerangkan bahwa orang Mentawai membagi jiwa manusia ke dalam beberapa kelompok.
"Dan kalau orang meninggal, mereka akan bergabung dengan jiwa nenek moyangnya," katanya. "Jasad orang mati punya jiwanya disebut 'pitok'", lanjut Bambang lagi.
Soal kemana arwah orang Mentawai mati, Prof. Reimar Schefold, sang penulis buku pun sependapat. "Orang mentawai kalau meninggal akan bergabung dengan nenek moyangnya," kata Reimar.
Bambang menerangkan lebih lanjut bahwa "beberapa daun punya jiwa. Walau sudah ada agama-agama tetap budaya itu tetap ada."
Menurut Bambang lagi, jaman sekarang tato yang dibuat menjadi baju adalah menandakan Mentawai yang dekat dengan alam.
Slide Para Penanya |
Moderator, Mulyawan Karim menambahkan bahwa beberapa perubahan telah terjadi di Mentawai sejak 50 tahun lalu. "Tapi beberapa belum terjadi," kata Mulyawan lagi.
Slide foto-foto selama acara |
Sinopsis Buku :
VIDEO ACARA :
http://youtu.be/x1XNfCvp3Ik
www.NOMagz.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar