Sharing Lembaga Survei Anggota Persepi
"REFLEKSI HASIL-HASIL SURVEI PILPRES"
"REFLEKSI HASIL-HASIL SURVEI PILPRES"
Selasa, 8 Juli 2014, 17.30 - 20.30
Lokasi :
Ruang Ksatria Arya Wira lantai 1,Hotel Atlet Century Senayan.
Persepi (Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia) mengadakan acara sharing bersama lembaga-lembaga survei anggota Persepi dengan tema "REFLEKSI HASIL-HASIL SURVEI PILPRES" pada Selasa, 8 Juli 2014.
Acara diskusi yang diawali dengan buka puasa bersama tersebut dihadiri oleh narasumber :
- Nico Harjanto (Ketua Persepi).
- Ade Armando
- Saiful Mujani
- Hamdi Muluk.
- Burhanudin Muhtadi (moderator)
Semula direncanakan dihadiri pula oleh Yunarto Wijaya yang akhirnya batal datang.
Burhanudin Muhtadi sebagai moderator menyatakan bahwa lembaga survey penting mendekatkan dengan masyarakat dengan pengambilan kebijakan.
Namun sayangnya tidak semua lembaga survey menjadi anggota Persepi (Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia) maupun Asosiasi Riset Opini Publik (Aropi), 2 perkumpulan lembaga survey resmi saat ini.
Memang ada unidentified voters, yakni target opini yg tidak mau memberitahu jawabannya. Namun Burhan juga menyatakan bahwa survey boleh salah, tapi tidak boleh bohong.
Menurut Burhan lagi, akan ada hal-hal non teknis yang terjadi bila suara yang bertarung di pemilu sangat tipis: money politics, intimidasi, serta pengaruh kepala-kepala daerah.
Ade Armando mempertegas pernyataannya bahwa ada 3 lembaga survey yang patut dicurigai kredibilitasnya, yakni INESS, yang selalu memenangkan Prabowo dan Gerindra. Kemudian IRC yang milik Grup MNC, serta PDBI, yang memakai telpon sebagai alat survey.
Ade juga menyalahkan media yang tetap mengambil hasil survey lembaga survey abal-abal tersebut.
Hamdi Muluk,guru besar psikologi UI menyatakan lembaga survey abal-abal memang tidak sungguh-sungguh ingin tahu kebutuhan publik.
Mereka merekonstruksi semacam "social construction", supaya orang percaya.
Orang akan senang menjadi bagian dari pemenang.
"Persepi perlu mengadakan standarisasi lembaga-lembaga survey" lanjut Prof Hamdi.
Sementara Saiful Mujani, pengelola SMRC mengatakan bahwa dipercaya, lembaga survey penting untuk mempengaruhi pemilih.
"Pemilu 2014 ini lebih susah dibanding misalnya 2009 dulu, yang pemenang pemilu lebih bisa diprediksi" kata Saiful.
Dia juga menyatakan bahwa ada aspek epistomologi bagi lembaga survey yang tidak bisa diintervensi siapapun.
Sedangkan Ketua Persepi Nico Harjanto yang sekaligus Ketua Yayasan Populi Center mengatakan, untuk memagari obyektifitas survei maka yang perlu didorong ke depan adalah aspek etika bagi lembaga survei.
Aspek etika ini diharapkan dapat menghindari adanya manipulasi hasil survei untuk kepentingan tertentu atau pesanan tertentu.
Memang ada unidentified voters, yakni target opini yg tidak mau memberitahu jawabannya. Namun Burhan juga menyatakan bahwa survey boleh salah, tapi tidak boleh bohong.
Menurut Burhan lagi, akan ada hal-hal non teknis yang terjadi bila suara yang bertarung di pemilu sangat tipis: money politics, intimidasi, serta pengaruh kepala-kepala daerah.
Ade Armando mempertegas pernyataannya bahwa ada 3 lembaga survey yang patut dicurigai kredibilitasnya, yakni INESS, yang selalu memenangkan Prabowo dan Gerindra. Kemudian IRC yang milik Grup MNC, serta PDBI, yang memakai telpon sebagai alat survey.
Ade juga menyalahkan media yang tetap mengambil hasil survey lembaga survey abal-abal tersebut.
Hamdi Muluk,guru besar psikologi UI menyatakan lembaga survey abal-abal memang tidak sungguh-sungguh ingin tahu kebutuhan publik.
Mereka merekonstruksi semacam "social construction", supaya orang percaya.
Orang akan senang menjadi bagian dari pemenang.
"Persepi perlu mengadakan standarisasi lembaga-lembaga survey" lanjut Prof Hamdi.
Sementara Saiful Mujani, pengelola SMRC mengatakan bahwa dipercaya, lembaga survey penting untuk mempengaruhi pemilih.
"Pemilu 2014 ini lebih susah dibanding misalnya 2009 dulu, yang pemenang pemilu lebih bisa diprediksi" kata Saiful.
Dia juga menyatakan bahwa ada aspek epistomologi bagi lembaga survey yang tidak bisa diintervensi siapapun.
Sedangkan Ketua Persepi Nico Harjanto yang sekaligus Ketua Yayasan Populi Center mengatakan, untuk memagari obyektifitas survei maka yang perlu didorong ke depan adalah aspek etika bagi lembaga survei.
Aspek etika ini diharapkan dapat menghindari adanya manipulasi hasil survei untuk kepentingan tertentu atau pesanan tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar