* reported by Lie Hjun Jung
Agenda Pemberantasan Korupsi merupakan hal penting yang harus terus dilakukan dalam rangka menjamin terwujudnya good and clean government.
Oleh sebab itu, Lingkar Kajian Wartawan Pemilu (LKWP) menggelar diskusi bertema "Membedah Visi Misi Capres 2014:
Jokowi-Prabowo, Siapakah Yang Paling Bersih dari Korupsi?"
Acara tersebut diadakan pada hari minggu,15 Juni 2014, pukul: 12.30 WIB - 15.00 WIB
Tempat: Hotel Whiz, Cikini, Menteng, Jakarta Pusat
Tempat: Hotel Whiz, Cikini, Menteng, Jakarta Pusat
Para pembicara adalah:
1.Sidarto Danusubroto (PDIP)
2.Taufik Basari (Timses Jokowi-JK)
3. Kastorius Sinaga (DPP PD)
4. Emerson Yuntho (ICW).
Moderator: Achmad Chozin (Redaktur Koran Sindo)
Tim Sukses (Timses) Jokowi-JK, Taufik Basari mengakui bahwa banyak pihak yang selama ini mencoba 'menyandera' Jokowi dengan sejumlah cara.
Salah satunya yakni melalui surat palsu
yang ditujukan pada Kejaksaan Agung terkait penangguhan pemeriksaan
korupsi Transjakarta.
Namun menurut Taufik, cara-cara itu hingga kini tak berhasil menjatuhkan nama Jokowi.
"Beredarnya surat palsu yang meminta
penundaan pada Jaksa Agung kemarin dan banyak pihak coba menyandera Pak
Jokowi, tapi ujung-ujungnya enggak kena," ujar Taufik saat menjadi
pembicara di diskusi 'Membedah Visi Misi Capres 2014: Jokowi-Prabowo,
Siapakah Yang Paling Bersih dari Korupsi?' di Hotel Whiz, Cikini,
Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (15/6).
Berkaca dari masalah tersebut, Taufik
meminta pada masyarakat sebagai pemilih, agar lebih kritis lagi
menanggapi isu yang berkembang.
Termasuk, saat membicarakan terkait visi dan misi yang diucapkan capres-cawapres. Jangan sampai kata dia, visi misi itu bertolak belakang dengan rekam jejak capres-cawapres.
"Ini bisa jadi bahan, pemilih harus
kritis cek rekam jejaknya. Apakah capres-cawapresnya punya komitmen itu
atau enggak. Jangan sampai, calon ini ibarat orang jual obat tumbuh
rambut, tapi kepalanya botak. Nah ini kan enggak nyambung, dia ngomong
apa tapi berbuat apa di masa lalunya," tandas Taufik.Termasuk, saat membicarakan terkait visi dan misi yang diucapkan capres-cawapres. Jangan sampai kata dia, visi misi itu bertolak belakang dengan rekam jejak capres-cawapres.
Sementara Peneliti
Indonesia Corruption Watch (ICW), Emerson Yuntho berpendapat bahwa dibanding Joko Widodo-Jusuf Kalla,
pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dinilai akan terbebani karena
kader partai pengusungnya banyak yang berurusan dengan kasus korupsi.
Akibatnya, kasus ini akan menyandera pasangan nomor urut satu itu untuk
memberantas korupsi jika mereka terpilih nanti.
Kata dia, idealnya capres dan cawapres tak terbebani
oleh kasus-kasus korupsi.
Seperti diketahui, Prabowo-Subianto diusung oleh enam partai. Masing-masing, Gerindra, PAN, PPP, PKS, Golkar dan PBB.
Emerson lantas mengungkap beberapa elit
yang mendukung Prabowo-Hatta yang sedang dirundung kasus dugaan korupsi.
Salah satunya adalah Ketua Umum PPP Suryadharma Ali yang kini menjadi
tersangka pada kasus dugaan korupsi dana haji.
"Kubu pasangan Prabowo-Hatta lebih
banyak tersandera kasus yang dibawa partai politik pendukungnya,
dibanding pasangan Jokowi-JK," kata Emerson.
Kasus lain yang diungkap Emerson adalah
korupsi kasus dana penyesuaian infrastruktur daerah (DPID) yang
sebelumnya menjerat Wa Ode Nurhayati, anggota DPR dari PAN yang
merupakan pengusung Prabowo-Hatta. "Atau kasus yang melibatkan kader
Partai Golkar yang disebut terlibat dalam korupsi pengadaan Al-quran
maupun PON," kata dia.
Partai pendukung Prabowo lainnya,
seperti PKS misalnya kata Emerson juga dibebani kasus dugaan korupsi
kuota impor daging. Begitu pun dengan PBB yang juga mendukung Prabowo.
Ketua Umum PBB, MS Kaban, disebut bahkan telah dicekal oleh KPK dalam
kasus dugaan korupsi di Kementerian Kehutanan, sebuah kementerian yang
sempat di pimpin Kaban.
"PBB juga ada masalah di kementerian
kehutanan. Kasus-kasus yang saya sebut tadi itu yang masih atau sudah
bergulir di KPK," katanya.
Tapi, kata Emerson, kubu Jokowi pun
bukan berarti tak sepi dari beban kasus dugaan korupsi yang melilit
partai pendukungnya. Namun, secara kuantitatif, jumlahnya lebih sedikit
dibanding kubu Prabowo.
"Di kubu Jokowi-JK, enggak 100 persen steril dari masalah, ada PKB yang tersandera sejumlah kasus," katanya.
Namun Emerson, Jokowi mempunyai
keuntungan dengan dukungan dari Partai Nasional Demokrat. Sebagai partai
baru, NasDem, masih relatif sepi dari kasus korupsi. "Jadi yang lebih
banyak tersandera kasus adalah kubu Prabowo," katanya.
Sementara terkait visi misi tentang
pemberantasan korupsi, Emerson melihat visi misi Jokowi-JK, lebih
konkrit ketimbang Prabowo-JK. Duet Jokowi-JK, visi misinya lebih
menyentuh permasalahan. Sementara Prabowo-Hatta, masih normatif.
"Namun bicara soal program, semuanya memberikan dukungan pada KPK. Masing-masing juga berkomitmen terhadap KPK," katanya.
Tapi bila diamati lebih detil kata
Emerson, visi misi yang diusung Jokowi-JK dalam isu antikorupsi lebih
konkrit. Duet pasangan yang disokong lima partai itu, langsung menyentuh
permasalahan dari sisi aspek hukum. Sedangkan Prabowo, belum menyentuh
itu. Problem permasalahan HAM yang masih ditimpakan kepada Prabowo
sepertinya masih menjadi beban.
"Bicara tentang visi misi yang konkrit.
Prabowo-Hatta ada 10 poin penegakan hukum dan antikorupsi. Sementara
Jokowi-JK ada 42 poin. Namun program turunan yang lebih konkret ada di
kubu Pak Jokowi. Kenapa di kubu Pak Prabowo tidak ada soal HAM, mungkin
karena masih tersandera," tuturnya.
Masih didiskusi yang sama, pembicara
lainnya, Taufik Basari, mewakili kubu Jokowi-JK, mengatakan, isu
korupsi sekarang telah dipolitisasi sedemikian rupa. Misalnya dalam
kasus Transjakarta, Jokowi coba dijatuhkan lewat kasus tersebut. Tapi
tak bersalah. Tentu ini sangat disayangkan. Mestinya bicara isu korupsi,
adalah bicara tentang komitmen.
"Karena itu saya meminta pada masyarakat
sebagai pemilih, agar lebih kritis lagi menanggapi isu yang berkembang.
Termasuk, saat membicarakan terkait visi dan misi yang diucapkan
capres-cawapres," kata Taufik.
Jejak rekam kata Taufik, harus menjadi
ukuran untuk menilai komitmen seorang calon pemimpin. Jangan sampai,
pemilih terbuai oleh visi misi yang manis dan bombastis tanpa melihat
jejak rekamnya. Jangan sampai visi misi itu bertolak belakang dengan
rekam jejak calon pemimpin.
"Apakah capres-cawapresnya punya
komitmen itu atau enggak. Jangan sampai, calon ini ibarat orang jual
obat tumbuh rambut, tapi kepalanya botak. Nah ini kan enggak nyambung,
dia ngomong apa tapi berbuat apa di masa lalunya," pungkas Taufik.Slide foto-foto selama acara |
www.NOMagz.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar